Senin, 11 Mei 2009

Askep Abortus incomplitus

A. Pengertian
Abortus incomplitus adalah hanya sebagian dari hasil konsepsi keluaran, sisa yang ketinggalan/ plasenta.
Abortus incompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
(Prawirohardjo, 1994, hal : 307)
Abortus incompletus adalah apabila janin dan plasenta tampak dikeluarkan sebagai suatu konsep utuh, sejumlah jaringan plasenta sering sering sering robek lepas dan tetap menempel pada dinding uterus.
(Benzion Taher, M.D. HAL : 62)
Abortus incompletus adalah proses abortus dimana sebagian konsepsi telah keluar melalui jalan lahir.
(Dr. Chrisdiono M. Achadiat, SpOG : 26)

B. Penyebab
Abortus incompletus terjadi karena :
- Terjadi pada kehamilan yang lebih besar
- Umur kehamilan yang lebih muda daripada 8 minggu
- Ibu hamil yang menderita berbagai penyakit :
 Infeksi  virus rubela, herpes simpleks, sitomegali, campak, hepatitis
 Penyakit kronis
 Penyakit endokrin
 Malnutrisi
 Pengaruh toksin
 Trauma psikis
 Akibat laparatomi
 Keracunan obat
 Penyakit diabetes melitus
 Terken polio


C. Manifestasi Klinik
Biasanya terjadi pada kehamilan yang lebih besar yaitu lebih dari 8 minggu. Setelah terjadi pendarahan dan pembukaan pada serviks, kantong kehamilan menonjol keluar dan His yang terjadi melepaskan konseptual dari tempat implamantasinya dan keluar melalui ostium uteri. Keadaan yang sering terjadi adalah setelah ketuban menonjol lalu pecah dan diikuti keluarnya fetus plasenta sebagian atau seluruhnya tertahan. Inilah yang menyebabkan pendarahan berlangsung terus karena sisa konseptus yang tertahan mencegah uterus berkontraksi dengan baik sehingga masih terdapat pembuluh darah yang belum tertutup.
Jika yang tersisa sangat sedikit akan terjadi pelepasan perlahan-lahan. Sisa yang lebih besar akan menimbulkan perdarahan yang dapat berlangsung berhari-hari malahan bisa berbulan-bulan. Abortus incompletus seperti ini lebih sering terjadi pada kehamilan yang lebih besar walaupun bisa juga terjadi pada umur kehamilan yang lebih muda daripada 8 minggu.
(Dr. TMA Chalik, Sp.OG hal : 21)

D. Tanda dan Gejala
1. Data Subyektif
- Nyeri Abdomen adalah Nyeri suprapubik terjadi akibat kontraksi uterus dalam usaha mengeluarkan isi uterus. Mula-mula nyeri cenderung ringan dan intermiten, tetapi secara bertahap menjadi lebih hebat.
- Perdarahan pervagina ini merupakan gejala yang paling khas dari abortus incomplitus. Jumlah perdarahan cenderung lebih banyak daripada darah haid biasa : perdarahan mungkin hebat dan bahkan cukup berlebihan untuk menyebabkan syok hipovolemik.
- Selama jaringan plasenta tetap melekat sebagian pada dinding uterus, maka kontraksi miometrum terganggu, pembuluh darah di dalam segmen telanjang pada tempat plasenta berdarah hebat. Pasien dapat mengeluarkan banyak bekuan darah atau janin yang dapat dikenal atau jaringan plasenta.
- Gejala haid : Biasanya pasien telah melewatkan dua siklus haid, karena abortus incomplitus cenderung terjadi kira-kira 10 minggu setelah mulainya siklus haid terakhir.
- Gejala kehamilan : Banyak pasien sadar akan hilangnya gejala kehamilan subjektif. Gejala ini mungkin menandakan kematian janin intrauteri yang mendahului abortus spontan.
2. Data Objektif
- Pemeriksaan umum : suhu badan normal, kecuali ada infeksi penyerta nadi, tekanan darah dan pernapasan normal, kecuali abortus terinfeksi atau hipovolemia akibat perdarahan berlebihan.
- Pemeriksaan abdomen : Abdomen biasanya lunak dan nyeri tekan
- Pemeriksaan pelvis. Pada pemeriksaan spekulum, sering vagina mengandung banyak bekuan darah dan serviks tampak mendatar dan dilatasi jaringan plasma dapat terlihat di osteum uteri atau vagina.
Pada pemeriksaan vagina, serviks lunak, dilatasi dan mendatar. Jaringan plasenta atau bekuan darah atau keduanya dapat teraba. Uterus membesar dan lunak. Daerah adneksa normal.

E. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan laboratorium darah : Hb, Leukosit, Trombosit, Hematokrit, dan Golongan darah untuk mengkaji perubahan dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
2. Kimia klinik : Ureum, kreatinin, GDS, kultur urine, darah vaginal dan lokhea.
3. Pemeriksaan fisik
Auskultasi :
Leopoid I
Leopoid II
Leopoid III
Leopoid IV

Konsep Keperawatan
a. Pengkajian dasar data pasien
Tinjauan ulang catatan prenatal sampai adanya terjadi abortus incomplitus
b. Sirkulasi
Kehilangan darah selama terjadi perdarahan karena abortus


c. Integritas Ego
Dapat menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan sampai ketakutan, marah atau menarik diri klien/ pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran dalam pengalaman kelahiran. Mungkin mengekpresikan ketidak mampuan untuk menghadapi suasana baru.
d. Eliminasi
Kateter urinarius mungkin terpasang : urin jernih pusat, bising usus tidak ada
e. Makanan/ cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal
f. Neurosensorik
Kerusakan gerakan pada sensori dibawah tindak anestesi spinal epidural
g. Nyeri/ kenyamanan
Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber : misal nyeri penyerta, distensi kandung kemih/ abdomen, efek-efek anestesi : mulut mungkin kering.
h. Pernapasan
Bunyi paru jelas dan vesikuler
i. Keamanan
Jalur parenteral bila digunakan resiko terkena infeksi karena pemasangan infus dan nyeri tekan.
j. Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus
k. Pemeriksaan Diagnostik
Jumlah darah lengkap, hemoglobin/ hematokrit (Hb/Ht). Mengkaji perubahan dari kadar efek kehilangan darah pada pembedahan urinalisis, kultur urine, darah vaginalm, dan lokhea : Pemeriksaan tambahan didasarkan pada kebutuhan individual.
(Doengoes, MZ, & Mary P.M., 2001)







Pathway
Kehamilan yang lebih muda/ besar
Penyakit yang diderita ibu (thypoid, kelainan endokrin, trauma dsb)




Abortus incompletus



Sisa konseptus yang tertahan


Sisa sedikit Mencegah uterus berkontraksi Sisa lebih besar




Terjadi pelepasan perlahan-lahan Perdarahan yang terus menerus Perdarahan yang berhari-hari




Dilakukan tindakan curratage Bedrest



Penurunan aktivitas

Kontinuitas jaringan terputus akibat pembersihan sisa plasenta
Adanya luka
Perawatan luka pasca curratage Lemah



Intoleransi aktivitas
Resti Infeksi
Nyeri
Kurang pengetahuan pasien tentang perawatan luka curratage

(Dr. TMA Cholik, DsOG)

F. Fokus Intervensi
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan inkontinuitas jaringan, efek-efek anestesis
Kriteria Hasil :
a. Mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk membatasi nyeri/ ketidaknyamanan dengan tepat.
b. Tampak rileks, mampu tidak/ istirahatdengan tepat, nyeri berkurang.
Intervensi
a. Tentukan karakteristik dan ketidaknyamanan
b. Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi yang tepat.
c. Evaluasi tekanan darah dan nadi, perhatikan perubahan perilaku yaitu kegelisahan karena kehilangan darah berlebihan dan kriteria nyeri.
d. Ubah posisi klien, kurangi rangsangan yang berbahaya dan berikan gosokan punggung.
e. Anjurkan penggunaan teknik pernafasan, relaksasi dan distraksi
f. Lakukan latihan nafas dalam
g. Berikan analgetik sesuai program
2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan adanya tempat masuknya organisme sekunder terhadap tindakan curratage
Kriteria Hasil :
Tanda-tanda infeksi tidak muncul
Intervensi :
a. Kaji dan awasi tanda-tanda infeksi
b. Kurangi masuknya organisme pada individu
c. Ganti balutan dengan cara septik dan aseptik
d. Lindungi individu yang defisiensi imunitas dari infeksi
e. Berikan antibiotik sesuai program terapi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan sekunder akibat pasca abortus
Kriteria Hasil :
Dapat memperlihatkan kemajuan dalam beraktivitas
Intervensi :
a. Monitor TTV
b. Kaji respon individu terhadap aktivitas
c. Tingkatkan aktivitas secara bertahap
d. Instruksikan klien untuk konsultasi kepada dokter dan ahli terapi fisik.
4. Kurang pengetahuan mengenai perubahan fisiologis periode pemulihan, perawatan diri, dan kebutuhan perawatan pasca abortus berhubungan dengan kurang informasi.
Kriteria Hasil :
Dapat memahami tentang perubahan fisiologis periode pemulihan, kebutuhan-kebutuhan individu melakukan aktivitas/ prosedur yang perlu.

Intervensi :
a. Kaji kesiapan dan motivasi klien untuk belajar.
b. Berikan rencana penyuluhan tertulis dengan menggunakan format standarisasi
c. Berikan informasi tentang perubahan psikologis dan fisiologis yang normal
d. Tinjau ulang kebutuhan-kebutuhan perawatan diri.
(Doengoes, ME, 2000)

KANKER VS TUMOR

Mendengar kata ”kanker” banyak orang yang merasa merinding atau pikirannya tertuju pada kematian yang segera akan terjadi. Kanker memang masih merupakan penyakit mengerikan, masih menjadi kekhawatiran banyak orang. Apalagi penyebab dan obat secara pasti belum berhasil ditemukan juga sampai saat ini. Tua-muda, bahkan anak kecil, termasuk pula kaya-miskin, pandai ataupun kurang pandai tanpa mengenal dan tanpa memilih penyakit kanker ini sanggup dan mau menggerogoti tubuh siapa saja, di bagian mana saja dan kapan saja.
Kanker sering disimbolkan dengan gambar kepiting dan bukan kantong kering, karena sifat penyakit kanker secara umum adalah pelan tapi pasti, mencengkeram kuat dan menggerogoti sel-sel tubuh dan semakin menyebar. Kebanyakan penderita kanker boleh dikatakan kurang beruntung, karena biasanya penyakit kanker baru berhasil terdeteksi setelah penyakit tersebut berada pada stadium lanjut. Saat penyakit pada posisi stadium awal belum banyak orang yang menyadari bahwa dalam tubuhnya telah bercokol bibit kanker, karena biasanya mereka tidak merasakan adanya gejala sakit atau rasa kurang enak badan. Rasa sakit atau kurang enak badan mulai terasa bila kanker memang sudah tumbuh makin membesar.
Sebenarnya, apa yang disebut dengan kanker dan bagaimana bedanya dengan tumor perlu diketahui bersama. Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak normal, menyebar secara cepat. Kanker memiliki akar-akar sel yang makin lama makin menyebar dan mencengkeram bagian tubuh lainnya. Kanker dibagi dalam empat stadium, yaitu :
Stadium awal : I dan II tumbuh benjolan tidak ada rasa sakit. Pada stadium awal bila dioperasi kemungkinan sembuh masih banyak, tetapi stadium III dan IV sudah parah. Bila kanker dioperasi, kemungkinan tumbuh lagi masih ada, kemungkinan sembuh belum dapat dipastikan. Kalau sudah parah ”kemeng”, sakit seperti ditusuk-tusuk, perih, sampai tidak tertahan.
Selanjutnya, apa beda kanker dan tumor ?
Kanker itu tumbuh dan berkembangnya sangat pesat dan cepat atau biasa disebut dengan kanker ganas atau tumor ganas. Sel kanker tersebut menjalar makin meluas dan menjangkiti bagian tubuh lain. Sementara itu yang disebut dengan tumor adalah semua benjolan di tubuh, (menetap tetapi bukan jerawat, bukan payudara) tumbuh dan berkembangnya pelan biasa disebut tumor jinak.
Pengertian istilah ini menjadi salah kaprah, karena sebenarnya yang betul kalau jinak disebut tumor kalau ganas disebut kanker. Kanker itu selnya menempel kuat tidak bisa digerak-gerakkan, tetapi kalau tumor bisa bergerak-gerak. Istilah Bahasa Indonesianya kanker itu bersimpai sedang tumor tidak.
Siapa saja yang beresiko terkena kanker ?
Semua orang, semua umur, semua jenis kelamin, tentu saja dengan menyesuaikan alat / organ yang dimiliki oleh jenis kelamin tertentu, misalnya tumor rahim tidak mungkin diderita oleh laki-laki, sebaliknya tumor prostat tidak mungkin diderita oleh perempuan dan seterusnya. Kebanyakan mereka yang usianya di atas 40 tahun. Bukan berarti di bawah 40 tahun tidak mungkin terserang, tetapi orang yang umurnya 40 tahun ke atas lebih mudah terserang tumor atau kanker.
Di bagian tubuh mana tumor atau kanker berkembang ?
Semua bagian tubuh manusia sejak ujung kaki hingga ujung kepala bisa terserang tumor atau kanker kecuali dua tempat, yaitu kuku dan rambut. Kuku dan rambut merupakan bagian tubuh yang mudah terlepas sehingga untuk menyebarkan bibit kanker tidak dimungkinkan. Namun demikian, kulit dimana kuku dan rambut itu tumbuh sudah merupakan bagian tubuh yang beresiko terkena kanker.
Apa jenis kanker itu ?
Ada banyak jenis kanker yang berhasil ditemukan, namun yang populer antara lain adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kanker paru-paru, kanker kandungan, kanker kulit, kanker anak, kanker hati, kanker nasopharing, kanker usus, kanker kelenjar getah bening, dan kanker otak.
Apa penyebab kanker ?
Belum diketahui secara pasti penyebabnya. Yang jelas ada faktor keturunan, pola makan yang salah, terlalu sering terpajan sinar matahari, merokok yang terus-menerus, kurang sayur hijau, terlalu sering melahirkan, berganti-ganti pasangan, dll.
Apakah tumor bisa berkembang menjadi kanker ?
Bisa, kalau tumor tersebut tidak terobat atau lebih parah lagi bila yang bersangkutan semakin berpola hidup ke arah resiko kanker, seperti : makan daging banyak-banyak kurang sayur atau buah, ada keturunan dan lain-lain.
Apakah obat kanker yang biasa digunakan ?
Sampai detik ini belum ditemukan obat yang teruji klinis untuk kanker, kecuali obat yang sifatnya masih coba-coba, mencegah, atau operasi, sinar X.
Apa gejalanya atau hal-hal yang perlu diwaspadai ?
Bila ditemukan ada benjolan yang tidak normal tetapi tidak selalu benjolan itu tumor atau kanker, waspada saja. Seperti bila ada darah keluar diantara dua waktu menstruasi, batuk yang tidak sembuh-sembuh, kebiasaan buang air besar berubah, biasanya sehari sekali tetapi menjadi berkali-kali sering mencret, sering keras, sering berdarah, berat badan turun drastis dalam waktu yang singkat.
Apa yang dimaksud dengan SADARI ?
Sadari kepanjangan dari periksa payudara sendiri. Sadari merupakan salah satu bentuk deteksi dini terhadap kemungkinan adanya kanker atau tumor yang bersarang di daerah payudara oleh pemeriksa itu sendiri. Caranya dengan meraba melalui tiga jari tangan yang dirabakan di bagian payudara dan kemungkinan adanya benjolan di sekitar payudara. Hal ini dilakukan pada payudara kanan maupun kiri. Bila ditemukan benjolan perlu diwaspadai tetapi tidak perlu ditanggapi dengan berlebihan apa lagi dengan mengatakan bahwa dirinya terkena kanker atau tumor. Sebaiknnya segera saja menindaklanjutinya dengan periksa ke rumah sakit atau medis sebagai langkah kepastian tentang kondisi fisik yang bersangkutan.
Demikian sekilas informasi tentang kanker dan tumor, semoga dapat memberikan sedikit gambaran tentang penyakit kanker dan cara mendeteksinya. Tentu saja setelah ditemukan hal yang mencurigakan kanker atau tumor, segera dirujuk ke rumah sakit atau puskesmas atau tempat pelayanan dokter.

Penulis : Dra. Kanthi Aryekti, M.Kes
Peneliti BKKBN Prop. DIY


Terbentuknya Janin

Pembuahan dan Implantasi
Pada manusia, pembuahan (gentilisasi) ovum oleh sperma biasanya terjadinya dibagian tengah tuba uterine. Pembuahan meliputi :
(1) kemotraksi sperma ke ovum oleh zat-zat yang dihasilkan oleh ovum
(2) perlekatan ke zona pelusida, yaitu struktur membranesayang megelilingiovum.
(3) Penutrasi zona pelusida dan reaksi arkosom,dan
(4) Melekatnya kepala sperma ke memebran sel ovum, disertai penguraian tempat fusi dan pembebasan inti sperma ke dalam sitoplasma ovum.
Jutaan sperma disemprotkan ke dalam vagina selama huungan kelamin. Akhirnya, 50-100 prema mencapai ovum dan banyak dari prema ini berkomtak dengan zona pelusida. Sperma-spermaberkaitan dengan reseptor sperma disebut zp3 di zona, dan hal ini diikuti oleh reaksi okrosom, yaitu teruraianya arosom, organel mirip lisosom di kepala sperma berbagai enzim dilepaskan, termasuk akrosin, yaitu protease mirip tripisin. Akrosin mempermudah (tetapi tidak mutlak dibutuhkan untuk penetrasi sperma melalui zona pelusida).
Pada hubungan seksual sekitar 200juta sperma dalam sekitar 3,5 ons semen didepositkan pada puncak vagina atau didalam kelamin servikalis uterus. Sebagiab sperma naik kedalam uterus, sebagian akibat gerakan mereka sendiri, sebagian dibantu oleh kontraksi otot uterus, dan beberapa ratus mencapai sampai ketuba..
Salah satunya memasuki ovum dengan menembus lapisan luar, dan segera setelah hal ini terjadi, perubahan kimia terjadi didalam lapisan sehingga mencegah masuknya sperma lain.
Nucleus ovum dari nucleus sperma bergabung, seluruh sperma mengalami otropi. Ovum yang telah dibuahi segera mulai membelah menjadi dua sel dan seterusnya. Ovum terus bergerak disepanjang tuba uterine, dan mencapai rongga uterus. Sekitar hari ketiga dan keempat setelah pembuahan. Untuk tiga sampai empat hari berikutnya, ovum tetap bebas pada rongga uteru, mengambil oksigen dan zat gizi dari sekresi rahim disekelilingnya. Kemudian ovum membandingkan di dalam endometrium. Pada stadium ini perkembangan ovum disebut blastokista.
Di bawah pengaruh progesterone, hormone yang disekresi oleh karpumluteum ovarium, endometrium telah menebal dan vaskuler dan siao menerima blastokista.Blastokista adalah sel bulat dengan dinding luar sel yang di sebut tropoblas membungkus rongga berisi cairan dengan kumpulan sel yang disebut massa di dalam (inner cell mass) yang menonjol kedalam ongga satu titik.
Pertumbuhan cepat dan sejumlah perubahan rumit terjadi,menghasilkan pembentukan, embrio, memebran, amnion, dan karion yang menjadi satu membungkus kantong yang berisi cairan. Kantong ini berisi embrio. Dinding luar kantong membesar sampai mengisi seluruh rongga utrus.
Plasenta, tempat terjadinya pertukaran kimia dan gas tali pusat yang menghubungkan embrio dengan plasenta.Setelah tiga bulan, embrio disebut janin.
Mukosa rahim yang tidak hamil terdiri atas stratum pompakto dan stratum spongiosa. Desi dua adalah mukosa ramih pada kehamilan yang terjadi atas:
+ desidua balasis :yang terletak diantara hasil konsepsi dan dinding rahim disinilah plasenta terbentuk.
+ Desidua kapsularis : yang meliputi hasil konsepsi kearah rongga rahim yang lama-kelamaan bersatu dengan desidua vera karena oliterasi.
+ Desidua vera (parientalis) : yang meliputi lapisan dalam dinding rahim launnya.

Pertumbuhan Midigh (Embriogenesis)
Pertumnuhan mudigh (embrio) bermula dari lempeng embrional (embrional plate) yang selanjutnya berdeferensiasi menjadi tiga unsure lapisan yaitu: sel-sel ektodermal, sel-sel mesodermal,sel-sel entodermal.

Air Ketuban
Ciri-ciri kimia
Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-1500 cc. air ketiban berwarna putuh keruh, berbau amis, dan berasa manis. Reaksinya agak alkalis atau netral dengan berat janin 1.008. komposisisnya terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea dan asam urik, breatinin, dan sel-sel epitel membuat lanugo, verniks, kaseosa dan garam anorganik, kadar oroyein kira-kira 2,6% g perliter, terutama albumin.
Uri (Plasenta)
Bentuk dan ukuran
Uri berbentuk bundar atau oval, ukuran diameter 15-20 cm tebal 2-3 cm, berat 500-600 grm.

SKEMA DARI PEMBUAHAN SAMPAI BAYI
Peristiwa Hasil Tempat
Spermatogenesis
Oogenesis
Konsepsi
Pembelahan
Nidari



Embrigenesis

Organogenesis


persalinan Sperma
Ovum
Zygote
Morula
Glastula
Trofotlas
Desidua
Lempeng embrional
Mudigh(embrio)

Janin
Plasenta
Tali pusar
Bayi(neomatur) Testis
Ovarium
Tuba
Tuba
Endometrium



Endometrium
Rongga rahim
Rongga rahim


Jalan lahir

DAFTAR PUSTAKA
- Ganong,WF.2002 buku ajar fisiologi kedokyeran EGL: Jakarta
- Gyton. 1997, buku ajar fisiologi kedokteran. EGL: Jakarta
- Mandala, ida bagus. 2002. memahami kesehatan reproduksi wanita, penerbit arcan :Jakarta.

Skizofrenia

1. Definisi
Skizofrenia merupakan bentuk sspikologis fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi persoalan yang terberat. Dalam kasus berat pasien tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini akan berjalan kearah kronisitas, tetapi dalam waktu sekali-kali dapat timbul serangan.(ingram, et al 1995)
Kaplan dan sadock (1997) mengatakan bahwa reaksi spikologik pada penderita skizofrenia berbeda dengan penderita cacat mental atau spikologis karena kerusakan otak. Jadi skizofrenia bukan dementia, melainkan tedapat suatu disharmoni dari jiwanya, dengan banyak tedensi-tedensi yang kontradiktif sehingga kepribadiannya seolah-olah terbelah(skizoz :pecah belah atau bercabang, phrein : jiwa)
Skizofrenia adalah gangguan spikotik yang kronis, mengalami kambuh dan remisi dengan manifestasi yang banyak dan tidak khas, penyesuaian pamoroit, gelaja dan perjalanannya bervariasi. Pada skizofrenia ditemukan gejala yang berat, ketidak mampuan pasien untuk merawat dirinya sendiri, pemburukan social yang bertahap, halusinasi yang menimbulkan tegangan, perilaku yang kacau, inkohorensi, agitasi, dan penelantaran (www.wikipedia.co.id)

2. Etiologi
Menurut Maramis (1995) etiologi skizofrenia dapat dijelaskan berdasarkan teori somatogenik dan teori psikogenik. Teori somatogenik yaitu teori yang mencari penyebab skizofrenia dalam kelainan alamiah yang meliputi:
a. Keturunan
Dapat dipastikan ada factor keturunan yang juga menentukan timbulnya skizofrenia. Disangka bahwa potensi untuk mendapat skizofrenia diturunkan (bukan penyakit itu sendiri) melalui generasif.


b. Metabolisme
Ujung esktermitas sianosis, nafsu makan berkurang, dan berat badan menurun.
c. Susunan saraf pust
Pada susunan saraf pusat letaknya diensefalon atau korteks otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan itu mungki disebabkan oleh perubahan- perubahan post mortem atau merupakan artefak pada waktu membuta sediaan.
d. Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubungan dengan sering timbulnya skizofrenia pada waktu pubertas, kahamilan atau puerperium dan waktu klimaksterium. Tetapi hal ini tidak dapat dibuktikan.

3. Epidemiologi
Skizoffrenia cenderung menjadi penyakit menahun atau kronis maka angka insidensi penyakit ini dianggap lebih rendah dari angka frevalensi dan diperkirakan mendekati angka sepuluh ribu pertahun. Ditemukan juga bahwa life prevalensi skizofrenia diperkirakan 0,5%.(Hawari,2001)
Perkiraan resiko skizofrenia pada sustu waktu tertentu 0,5%-1%. Sekitar 15% penderita yang masuk rumah sakit jiwa merupakan pasien skizofrenia, hal ini lebih sering menyerang pria daripada wanita dan kebanyakan dimulai sebelum usia 30 tahun. (Ingram et al, 1995)
Perbandingan antara jenis kelamin pria dan wanita prevalensinya sama akan tetapi menunjukkan perbedaan dalam onset skizofrenia dan perjalanan penyakit. Pria mempunyai onset skizofrenia lebih awal daripada wanita. Usia puncak onset untuk pria adalah 15-25 than, dan untuk wanita usia puncaknya adalah 25-35 tahun. (kaplon dan Sadock, 1997)

4. Gejala
gejala yang menjadi tanda utama diagnosa skizofrenia (Ingram et al, 1997), meliputi :
1). Kelainan pikiran : pikiran yang berbelit-belit dan menyebar, hubungan normal antara satu ide yang lain terputus (hambatam pikiran). Pikiran konkrit atau tidak mampu berfikir secara abstrak.
2) Kelainan emosional : reaksi emosi dan afek yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan keadaan atau pikiran pasien, yang kemidian timbul penumpukan dan apati.
3) Kelaian kemauan : ada kehilangan kehendak, kelemahan dan tidak ada dorongan.
4) Katatonia : kelaian gerakan yang mungkintmbul dalam kekakuan, gerakan yang kurang terkoordinasi serta gaya berjalan, menyeringai, sikap dalam kasus ekstrim, fleksibilitas serea dan ekopraksia.
5) Halusinasi : pada skizofrenia halusinasi ditemukan dalam keadaan kesadaran yang jernih. Biasanya merupakan halusinasi pendengaran, tetapi indra sensorik lain mungkin terlibat.
6) Waham : terdiri dari dua, waham primer dan waham skunder. Waham primer adalah waham yang berkembang penuh dari suatu persepsi normal, munculnya mendadak dan diyakini oleh penderita. Waham skunder adalah suatu keyakinan yang salah dan muncul dari gejala lain, misalnya pasien menerangkan dengan yakin bahwa kelanan pemikiran disebabkan karena adanya suatu agen dari luar yang meletakkan fikiran itu atau mengacaukan pikiran dikepalanya.
7) Gangguan ekspresi : kelainan dan halusinasi sering dicerminkan dalam percakapan, tulisan tangan dibuat-buat, lukisan dan sajak yang aneh.
8) Penarikan diri : sebagai akibat timbulnya gejala-gejala diatas, penarikan diri dari kntak social normal dan aktifitas sering merupakan gejala dini.

5 Klasifikasi
Menurut Hawari (2001), klasifikasi gangguan skizofreniz dikelompokkan dalam 5 tipe atau kelompok yang mempunyai spessfikasi masing-masing yaitu sebagai berikut :
1) Skizofrenia tipe hebefrenik
Skizofrenia tipe ini disebut sebagai disorganized type atau “kacau-balau” yang ditandai adanya gejala-gejala antara lain :
a) inkohorensi yaitu halanpikiran yang kacau , tidak dapay mengerti apa maksudnya.
b) Alam perasaan yang datar tanpa eskpresi serta tidak serasi atau setolol-tololnya.
c) Perilaku dan tertawa kekanak-kanakan, senyum dan menunjukan rasa tidak puas atau seyu, yang hanya dihayati sendiri.
d) Waham (delusion) tidak jelas dan tidak sistematis (terpecah-pecah) tidak terorganisir sebagai kesatuan.
e) Halusinasi yang terpecah-pecah yang isisnyatema tidak terorganisir sebagai satu kesatuan.
f) Perilaku anah.
2) Skizofrenia tipe katatonik
a) Stupor katatonik, yaitu peringanan hebat dalam reaktiva terhadap lingkungan dan atau pengurangan dari pergerakan atau aktivitas spontan sehingga nampak seperti “patung” atau diam membisu.
b) Negatifa katatonik, yaitu suatu perlawanan yang nampaknya tanpa motif terhadap semua perintah atau upaya untuk mengggerakkan dirinya.
c) kegaduhan katatonik, yaitu kegaduhan aktifitas motorik, yang nampaknya tidak bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh rangsang luar.

3) Skizofrenia tipe paranoid
a) waham kebesaran
b) Halusinasi mengandung isi kerja atau kebesaran.
c) Gangguan alam peasaan dan perilaku

4) Skizofrenia tipe residual
merupakan sisa-sisa dari gejala yang tidak menonjol, misalnya alam perasaanyang tumpul dan mendatar serta tidak serasi, penarikan diri dari pergaulan social, tingkah laku eksentrik, pikiran tidak logis dantidak rasional atau pelonggaran asosiasi pikiran.

5) Skizofrenia tidak tergolongkan
Tipe ini tidak dapat dimasukkan kedalam tipe-tipe skizofrenia yang lain, hanya gambaran klinisnya terdapat waham, halusinasi, inkoherensi atau tingkah laku yang kacau.
6) Golongan skizofrenia lainnya
a) skizofrenia simplek
yaitu bentuk psikosis yang perkemmbangannya lambat dan perlahan-lahan dari perilaku yang aneh, ketidakmampuan menentukan tuntutan masyarakat, dan penurunan kemampuan / kemampuan total.
b) Skizofrenia skizofreniform
gambaran skizofreniform ini sama dengan skizofrenia, perbedaannya adalah bahwa fase-fase perjalanan penyakitnya kurang dari 6 bulan tetapi lebih lama dari 2 minggu.
c) Skizofrenia laten
perilaku yang eksentrik atau tidak konsekuen dan keanehan alam perasaan yang memberi kesan seperti skizofrenia.
d) gangguan skizoafektif
gambaran klinis tipe ini adalah dinominasi oleh gangguan pada alam perasaan disertai waham dan halusinasi.

6. Kriteria Diagnostic
Menurut PPDGJ-III, criteria diagnostic dalam menentukan diagnostic untuk skizofrenia, harus sedikitnya ada satu gejala berikut ini :
1)Thought echo adalah isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kwalitasnya berbeda, atau thought insertion or withdrawal adalah isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam ala pikirannya diambil keluar oleh suatu dari lluar dirunya, dan thought broadcasting adalah isi pikirannya tersiar ke luar sehingga orang lain umummengetahuinya.
2) Delusion of control adalah waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar.
3) Halusinasi auditorik adalah suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien diantara mereka sendiri, mendiskusikan perihal pasien sendiri, jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah astu bagian tubuh.

7. Perjalanan Penyakit
Perjalanan peyakit dibagi menjadi tiga fase yang terdiri dari fase prodormal, fase aktif, dan fase resudal (Luana, 2007)yaitu :
1) Fase prodormal
Biasanya timbul gejala-gejala nonspesifik yang lamanya minggu, bulan, ataupun lebih dari satu tahun, sebelum onset sikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi hendaknya fungsi pekerjaan, fungsi social, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri, semakin lama masa prodormal semakin buruk proknosisnya.
2) Fase aktif
Gejala sikotik atau psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi, disertai gangguan afek.
3) Fase residual
Gejala-gejalanya sana dengan fase prodormal tetapi gejala positif atau psikotiknya sudah berkurang.

8. Terapi
Menurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi :
1) psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagi berikut :
a) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkat.
b) Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil.
c) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk gejala positif maupun gejala negative skizofrenia.
d) Lebih cepat memulihkan fungsi kogbiti.
e) Tidak menyebabkan kantuk
f) Memperbaiki pola tidur
g) Tidak menyebabkan habituasi, adikasidandependensi.
h) Tidak menyebabkan lemas otot.
i) Dan kalau mungkin pemakainanya dosis tunggal.
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).
Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan aripiprazole.
2) Psikoterapi
a) Psikoterapi banyak macamnya dan tergantung dari kebutuhan dan latar belakang penderita sebelum sakit (pramorbid), misalnya :
Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memberikan dorongan semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya dalam menghadapi hidup ini tidak kendur dan menurun.
b) Psikoterapi Re-edukatif
Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki kesalaha pendidikan diwaktu lalu dan juga dengan pendidikan ini dalam hal menguah pola pendidikan lama dengan yang baru sehingga lebih adaftif terhadap dunia luar.

c) Psikoterapi Re-konstruktif
Jenis psikoterapi inidimaksudkan untuk memperbaiki kenbali kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi kepribadan utuh seperti semula sebelum sakit.
d) Psikoterapi kognitif
Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif rasional sehingga pendrita mampu membedakan nilai-nilai moral etika.
e) Psikoterapi Psiko-dinamika
Psikoterapi ini mengguanakan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan sakit dan upay untuk mencari jalan keluar.
f) Psikoterapi perilaku
Memulihkan gangguan perilaku yang tergantung (maladaftif) menjadi perilaku yang adaftif (mampu menyesuaikan diri).
g) Psikoterapi keluaraga
Memulihkan hubungan penderita dengan keluarganya sehingga diharapkan keluarga dapat memahami mengenai gangguan skizofrenia dan dapat membantu mempercepat proses penyembuhan penderita.
3) Terapi psikososial
Dengan terapi in diharapkan pendrita mampu beradaptasi kembali dengan lingkungan sosial Sekitarnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung dengan orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga dam masyarakat.
Kegiatan yang dilakukan dalam program rehabilitasi diantaranya adalah terapi kelompok, menjalankan ibadah keagamaan bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olah raga, ketrampilan (membuat kerajinan tangan), berbagi macam kursus, bercocok tanam dan rekreasi.


4) Terapi psikoreligius
Terapi keagamaan adalah berupa ritual keagamaan yang dimaksudkan adalah berupa kegiatan ritualkeagamaan seperti sembahyang, berdoa, memanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan dan kajian kitab suci dan lain sebagainya.


























ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Keturunan
 Riwayat keluarga / genetic
 Lingkungan individu
2. Endokrin
 Waktu pubertas
 Waktu kehamilan / puerperium
 Waktu klimakterium
3. Metabolisme
 Ujung ekstermiyas agak sianosis
 Nafsu makam berkurang
 Berat badan menurun
 Konsumsi zat asam enurun
 Obat halusinogenik
4. Susunan safar pusat
 Diencefalon / korteks otak
 Perubahan-perubahan post mortem
 Syres psikologik
B. Diagnosa Kerepawatan
1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
2. Gangguan proses pikir
3. Kerusakan komunilasi verbal
4. Isolasi social
5. Defisit perawatann diri
6. Ansietas
7. Koping individu tidak efektif
8. Ketidak seimbangan nutrisi
9. Resiko bunuh diri

C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
 Bina hubungan saling percaya
 Bantu klien mengenal halusinasi
 Diskusikan dengan klien wktu, isi, frekuensi dan situasi pencetus munculnya halusinasi
 Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaanya.
 Diskusikan cara baru untuk mengendalikan halusinasi.
2. Gangguan proses piker
 Ke Bina hubungan saling percaya
 Latihan mengingat memori yang telah dilalui
 Ingatkan kembali masa lalu klien
 Libatkan klien dalam TAK orientasi realitas
 Beri kesempatam klien mendiskusikan wahamnya dengan petugas / perawat
 Dukung klien untuk memfalidasi keyakinan terhadap wahannya
 Berikan aktivitas reaksi atau aktivitas yang membutuhkan perhatian atau dan ketrampila di waktu luang klien
3. Rusakan Komunikasi Verbal
Bina hubungan saling percaya
 Beri kesempatan klien untuj bicara
 Dengarkan pembicaraan klien lalu identifikasi tema yang berkaitan
 Kaji kemampuan klien menilai pesan pembicaraan orang lain
 Kaji kemampuan klien menangkap dan menerima pesan non verbal dari lawan bicara
 Latihan daya ingat untuk mengungkapkan perasannya secara verbal atau non verbal.


4. Isolasi Sosial
 Bina hubungan saling percaya
 Dorong klien untuk membagi masalah yang dihadapinya
 Berikan perasaan aman dan nyaman pada klien
 Bantu klien mengidentifikasi kelebihan, hambatam, dan kesulitan dalam komunikasi dengan orang lain
 Dukung klien mengembangkan hubungan yang telah terbina
 Lebatkan klien dalam TAK sisialisasi
5. Defisit perawatan diri
 Bina hubungan saling percaya
 Diskusika bersama klien keuntungandan manfaat kebersihan diri
 Bantu klien menentukan tindakan untuk perawat klien
 Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan kegiatan sehari-hari
 Kaji perasaan klien setelah perawatan dirinya terpenuhi.
6. Ansietas
 Bina hubungan saling percaya
 Tenangkan klien
 Kaji kecemasan klien
 Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan
 Berusaha memahami klien
 Gunakan pendekatan sentuhan verbalisasi untuk meyakinkan perasaan klien tidak sendiri dan mengajukan pertanyaan
 Sediakan aktifitas untuk menurunkan ketegangan
 Bantu klien mengidentifikasi yang dapat menimbulkan cemas
 Tentukan klien untuk mengambil keputusan
 Intruksikan klien untuk menggunakan teknik relakasasi barikan pengobatab untuk menurunkan kecemasan.


7. Koping individu tidak efektif
 Bina hubungan saling percaya
 Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit dan konsep diri
 Hatgai dan diskusikan alternative respon terhadap situasi
 Hargai sikap klien terhadap perubahan peran dan hubungan
 Dukung penggunaan sumber spiritual jika diminta
 Gunakan pendekatan yang tenang dan berikan jaminan
 Bantu klien untuk mengidentifikasi strategi positif untuk mengatasi keterbatasan dan mengelola gaya hidup dan perubahan
 Bantu klien beradaptasi dan mengatasi perubahan klien
8. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan
 Bina hubungan saling percaya
 Monitor perubahan berat badan
 Monitor tipe dan jumlah aktifitas yang biasa dilakukan
 Monitor kulit dan pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor mual muntah
 Monitor kalori dan intake cairan
9. Resiko bunuh diri
 Bina hubungan saling percaya
 Tentukan riwayat percobaan bunuh diri
 Tentukan apakah ia mempunyai rencanaspesifik untuk bunuh diri
 Diskusikan dengan klien factor pencetus bunuh diri
 Lakukan observasi secara ketat
 Jauhkan benda-benda berbahaya dari lingkungan klien
 Awasi klien selama melakukan aktivitas diluar.


DAFTAR PUSTAKA

Maramis, WS. (1997), Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlasngga University Pers, Suarabaya.

Hawari, D, (2001), Pendekatan Holistic Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. FKUI, Jakarta.

Luana, N.A. (2007), Simposium Sehari Kesehatan Jiwa dalam Rangka menyambut Kesehatan Jiwa Sedunia, dalam Http// www.Kompas.com.

Ingram, Timburi, Moubary ; (1995), Catatan Kuliah Psikiatri, EGC, Jakarta.

Diagnosa Keperawatan Nandan NIC NOC