Senin, 11 Mei 2009

Askep Abortus incomplitus

A. Pengertian
Abortus incomplitus adalah hanya sebagian dari hasil konsepsi keluaran, sisa yang ketinggalan/ plasenta.
Abortus incompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
(Prawirohardjo, 1994, hal : 307)
Abortus incompletus adalah apabila janin dan plasenta tampak dikeluarkan sebagai suatu konsep utuh, sejumlah jaringan plasenta sering sering sering robek lepas dan tetap menempel pada dinding uterus.
(Benzion Taher, M.D. HAL : 62)
Abortus incompletus adalah proses abortus dimana sebagian konsepsi telah keluar melalui jalan lahir.
(Dr. Chrisdiono M. Achadiat, SpOG : 26)

B. Penyebab
Abortus incompletus terjadi karena :
- Terjadi pada kehamilan yang lebih besar
- Umur kehamilan yang lebih muda daripada 8 minggu
- Ibu hamil yang menderita berbagai penyakit :
 Infeksi  virus rubela, herpes simpleks, sitomegali, campak, hepatitis
 Penyakit kronis
 Penyakit endokrin
 Malnutrisi
 Pengaruh toksin
 Trauma psikis
 Akibat laparatomi
 Keracunan obat
 Penyakit diabetes melitus
 Terken polio


C. Manifestasi Klinik
Biasanya terjadi pada kehamilan yang lebih besar yaitu lebih dari 8 minggu. Setelah terjadi pendarahan dan pembukaan pada serviks, kantong kehamilan menonjol keluar dan His yang terjadi melepaskan konseptual dari tempat implamantasinya dan keluar melalui ostium uteri. Keadaan yang sering terjadi adalah setelah ketuban menonjol lalu pecah dan diikuti keluarnya fetus plasenta sebagian atau seluruhnya tertahan. Inilah yang menyebabkan pendarahan berlangsung terus karena sisa konseptus yang tertahan mencegah uterus berkontraksi dengan baik sehingga masih terdapat pembuluh darah yang belum tertutup.
Jika yang tersisa sangat sedikit akan terjadi pelepasan perlahan-lahan. Sisa yang lebih besar akan menimbulkan perdarahan yang dapat berlangsung berhari-hari malahan bisa berbulan-bulan. Abortus incompletus seperti ini lebih sering terjadi pada kehamilan yang lebih besar walaupun bisa juga terjadi pada umur kehamilan yang lebih muda daripada 8 minggu.
(Dr. TMA Chalik, Sp.OG hal : 21)

D. Tanda dan Gejala
1. Data Subyektif
- Nyeri Abdomen adalah Nyeri suprapubik terjadi akibat kontraksi uterus dalam usaha mengeluarkan isi uterus. Mula-mula nyeri cenderung ringan dan intermiten, tetapi secara bertahap menjadi lebih hebat.
- Perdarahan pervagina ini merupakan gejala yang paling khas dari abortus incomplitus. Jumlah perdarahan cenderung lebih banyak daripada darah haid biasa : perdarahan mungkin hebat dan bahkan cukup berlebihan untuk menyebabkan syok hipovolemik.
- Selama jaringan plasenta tetap melekat sebagian pada dinding uterus, maka kontraksi miometrum terganggu, pembuluh darah di dalam segmen telanjang pada tempat plasenta berdarah hebat. Pasien dapat mengeluarkan banyak bekuan darah atau janin yang dapat dikenal atau jaringan plasenta.
- Gejala haid : Biasanya pasien telah melewatkan dua siklus haid, karena abortus incomplitus cenderung terjadi kira-kira 10 minggu setelah mulainya siklus haid terakhir.
- Gejala kehamilan : Banyak pasien sadar akan hilangnya gejala kehamilan subjektif. Gejala ini mungkin menandakan kematian janin intrauteri yang mendahului abortus spontan.
2. Data Objektif
- Pemeriksaan umum : suhu badan normal, kecuali ada infeksi penyerta nadi, tekanan darah dan pernapasan normal, kecuali abortus terinfeksi atau hipovolemia akibat perdarahan berlebihan.
- Pemeriksaan abdomen : Abdomen biasanya lunak dan nyeri tekan
- Pemeriksaan pelvis. Pada pemeriksaan spekulum, sering vagina mengandung banyak bekuan darah dan serviks tampak mendatar dan dilatasi jaringan plasma dapat terlihat di osteum uteri atau vagina.
Pada pemeriksaan vagina, serviks lunak, dilatasi dan mendatar. Jaringan plasenta atau bekuan darah atau keduanya dapat teraba. Uterus membesar dan lunak. Daerah adneksa normal.

E. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan laboratorium darah : Hb, Leukosit, Trombosit, Hematokrit, dan Golongan darah untuk mengkaji perubahan dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
2. Kimia klinik : Ureum, kreatinin, GDS, kultur urine, darah vaginal dan lokhea.
3. Pemeriksaan fisik
Auskultasi :
Leopoid I
Leopoid II
Leopoid III
Leopoid IV

Konsep Keperawatan
a. Pengkajian dasar data pasien
Tinjauan ulang catatan prenatal sampai adanya terjadi abortus incomplitus
b. Sirkulasi
Kehilangan darah selama terjadi perdarahan karena abortus


c. Integritas Ego
Dapat menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan sampai ketakutan, marah atau menarik diri klien/ pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran dalam pengalaman kelahiran. Mungkin mengekpresikan ketidak mampuan untuk menghadapi suasana baru.
d. Eliminasi
Kateter urinarius mungkin terpasang : urin jernih pusat, bising usus tidak ada
e. Makanan/ cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal
f. Neurosensorik
Kerusakan gerakan pada sensori dibawah tindak anestesi spinal epidural
g. Nyeri/ kenyamanan
Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber : misal nyeri penyerta, distensi kandung kemih/ abdomen, efek-efek anestesi : mulut mungkin kering.
h. Pernapasan
Bunyi paru jelas dan vesikuler
i. Keamanan
Jalur parenteral bila digunakan resiko terkena infeksi karena pemasangan infus dan nyeri tekan.
j. Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus
k. Pemeriksaan Diagnostik
Jumlah darah lengkap, hemoglobin/ hematokrit (Hb/Ht). Mengkaji perubahan dari kadar efek kehilangan darah pada pembedahan urinalisis, kultur urine, darah vaginalm, dan lokhea : Pemeriksaan tambahan didasarkan pada kebutuhan individual.
(Doengoes, MZ, & Mary P.M., 2001)







Pathway
Kehamilan yang lebih muda/ besar
Penyakit yang diderita ibu (thypoid, kelainan endokrin, trauma dsb)




Abortus incompletus



Sisa konseptus yang tertahan


Sisa sedikit Mencegah uterus berkontraksi Sisa lebih besar




Terjadi pelepasan perlahan-lahan Perdarahan yang terus menerus Perdarahan yang berhari-hari




Dilakukan tindakan curratage Bedrest



Penurunan aktivitas

Kontinuitas jaringan terputus akibat pembersihan sisa plasenta
Adanya luka
Perawatan luka pasca curratage Lemah



Intoleransi aktivitas
Resti Infeksi
Nyeri
Kurang pengetahuan pasien tentang perawatan luka curratage

(Dr. TMA Cholik, DsOG)

F. Fokus Intervensi
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan inkontinuitas jaringan, efek-efek anestesis
Kriteria Hasil :
a. Mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk membatasi nyeri/ ketidaknyamanan dengan tepat.
b. Tampak rileks, mampu tidak/ istirahatdengan tepat, nyeri berkurang.
Intervensi
a. Tentukan karakteristik dan ketidaknyamanan
b. Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi yang tepat.
c. Evaluasi tekanan darah dan nadi, perhatikan perubahan perilaku yaitu kegelisahan karena kehilangan darah berlebihan dan kriteria nyeri.
d. Ubah posisi klien, kurangi rangsangan yang berbahaya dan berikan gosokan punggung.
e. Anjurkan penggunaan teknik pernafasan, relaksasi dan distraksi
f. Lakukan latihan nafas dalam
g. Berikan analgetik sesuai program
2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan adanya tempat masuknya organisme sekunder terhadap tindakan curratage
Kriteria Hasil :
Tanda-tanda infeksi tidak muncul
Intervensi :
a. Kaji dan awasi tanda-tanda infeksi
b. Kurangi masuknya organisme pada individu
c. Ganti balutan dengan cara septik dan aseptik
d. Lindungi individu yang defisiensi imunitas dari infeksi
e. Berikan antibiotik sesuai program terapi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan sekunder akibat pasca abortus
Kriteria Hasil :
Dapat memperlihatkan kemajuan dalam beraktivitas
Intervensi :
a. Monitor TTV
b. Kaji respon individu terhadap aktivitas
c. Tingkatkan aktivitas secara bertahap
d. Instruksikan klien untuk konsultasi kepada dokter dan ahli terapi fisik.
4. Kurang pengetahuan mengenai perubahan fisiologis periode pemulihan, perawatan diri, dan kebutuhan perawatan pasca abortus berhubungan dengan kurang informasi.
Kriteria Hasil :
Dapat memahami tentang perubahan fisiologis periode pemulihan, kebutuhan-kebutuhan individu melakukan aktivitas/ prosedur yang perlu.

Intervensi :
a. Kaji kesiapan dan motivasi klien untuk belajar.
b. Berikan rencana penyuluhan tertulis dengan menggunakan format standarisasi
c. Berikan informasi tentang perubahan psikologis dan fisiologis yang normal
d. Tinjau ulang kebutuhan-kebutuhan perawatan diri.
(Doengoes, ME, 2000)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar