1. Definisi
Skizofrenia merupakan bentuk sspikologis fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi persoalan yang terberat. Dalam kasus berat pasien tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini akan berjalan kearah kronisitas, tetapi dalam waktu sekali-kali dapat timbul serangan.(ingram, et al 1995)
Kaplan dan sadock (1997) mengatakan bahwa reaksi spikologik pada penderita skizofrenia berbeda dengan penderita cacat mental atau spikologis karena kerusakan otak. Jadi skizofrenia bukan dementia, melainkan tedapat suatu disharmoni dari jiwanya, dengan banyak tedensi-tedensi yang kontradiktif sehingga kepribadiannya seolah-olah terbelah(skizoz :pecah belah atau bercabang, phrein : jiwa)
Skizofrenia adalah gangguan spikotik yang kronis, mengalami kambuh dan remisi dengan manifestasi yang banyak dan tidak khas, penyesuaian pamoroit, gelaja dan perjalanannya bervariasi. Pada skizofrenia ditemukan gejala yang berat, ketidak mampuan pasien untuk merawat dirinya sendiri, pemburukan social yang bertahap, halusinasi yang menimbulkan tegangan, perilaku yang kacau, inkohorensi, agitasi, dan penelantaran (www.wikipedia.co.id)
2. Etiologi
Menurut Maramis (1995) etiologi skizofrenia dapat dijelaskan berdasarkan teori somatogenik dan teori psikogenik. Teori somatogenik yaitu teori yang mencari penyebab skizofrenia dalam kelainan alamiah yang meliputi:
a. Keturunan
Dapat dipastikan ada factor keturunan yang juga menentukan timbulnya skizofrenia. Disangka bahwa potensi untuk mendapat skizofrenia diturunkan (bukan penyakit itu sendiri) melalui generasif.
b. Metabolisme
Ujung esktermitas sianosis, nafsu makan berkurang, dan berat badan menurun.
c. Susunan saraf pust
Pada susunan saraf pusat letaknya diensefalon atau korteks otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan itu mungki disebabkan oleh perubahan- perubahan post mortem atau merupakan artefak pada waktu membuta sediaan.
d. Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubungan dengan sering timbulnya skizofrenia pada waktu pubertas, kahamilan atau puerperium dan waktu klimaksterium. Tetapi hal ini tidak dapat dibuktikan.
3. Epidemiologi
Skizoffrenia cenderung menjadi penyakit menahun atau kronis maka angka insidensi penyakit ini dianggap lebih rendah dari angka frevalensi dan diperkirakan mendekati angka sepuluh ribu pertahun. Ditemukan juga bahwa life prevalensi skizofrenia diperkirakan 0,5%.(Hawari,2001)
Perkiraan resiko skizofrenia pada sustu waktu tertentu 0,5%-1%. Sekitar 15% penderita yang masuk rumah sakit jiwa merupakan pasien skizofrenia, hal ini lebih sering menyerang pria daripada wanita dan kebanyakan dimulai sebelum usia 30 tahun. (Ingram et al, 1995)
Perbandingan antara jenis kelamin pria dan wanita prevalensinya sama akan tetapi menunjukkan perbedaan dalam onset skizofrenia dan perjalanan penyakit. Pria mempunyai onset skizofrenia lebih awal daripada wanita. Usia puncak onset untuk pria adalah 15-25 than, dan untuk wanita usia puncaknya adalah 25-35 tahun. (kaplon dan Sadock, 1997)
4. Gejala
gejala yang menjadi tanda utama diagnosa skizofrenia (Ingram et al, 1997), meliputi :
1). Kelainan pikiran : pikiran yang berbelit-belit dan menyebar, hubungan normal antara satu ide yang lain terputus (hambatam pikiran). Pikiran konkrit atau tidak mampu berfikir secara abstrak.
2) Kelainan emosional : reaksi emosi dan afek yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan keadaan atau pikiran pasien, yang kemidian timbul penumpukan dan apati.
3) Kelaian kemauan : ada kehilangan kehendak, kelemahan dan tidak ada dorongan.
4) Katatonia : kelaian gerakan yang mungkintmbul dalam kekakuan, gerakan yang kurang terkoordinasi serta gaya berjalan, menyeringai, sikap dalam kasus ekstrim, fleksibilitas serea dan ekopraksia.
5) Halusinasi : pada skizofrenia halusinasi ditemukan dalam keadaan kesadaran yang jernih. Biasanya merupakan halusinasi pendengaran, tetapi indra sensorik lain mungkin terlibat.
6) Waham : terdiri dari dua, waham primer dan waham skunder. Waham primer adalah waham yang berkembang penuh dari suatu persepsi normal, munculnya mendadak dan diyakini oleh penderita. Waham skunder adalah suatu keyakinan yang salah dan muncul dari gejala lain, misalnya pasien menerangkan dengan yakin bahwa kelanan pemikiran disebabkan karena adanya suatu agen dari luar yang meletakkan fikiran itu atau mengacaukan pikiran dikepalanya.
7) Gangguan ekspresi : kelainan dan halusinasi sering dicerminkan dalam percakapan, tulisan tangan dibuat-buat, lukisan dan sajak yang aneh.
8) Penarikan diri : sebagai akibat timbulnya gejala-gejala diatas, penarikan diri dari kntak social normal dan aktifitas sering merupakan gejala dini.
5 Klasifikasi
Menurut Hawari (2001), klasifikasi gangguan skizofreniz dikelompokkan dalam 5 tipe atau kelompok yang mempunyai spessfikasi masing-masing yaitu sebagai berikut :
1) Skizofrenia tipe hebefrenik
Skizofrenia tipe ini disebut sebagai disorganized type atau “kacau-balau” yang ditandai adanya gejala-gejala antara lain :
a) inkohorensi yaitu halanpikiran yang kacau , tidak dapay mengerti apa maksudnya.
b) Alam perasaan yang datar tanpa eskpresi serta tidak serasi atau setolol-tololnya.
c) Perilaku dan tertawa kekanak-kanakan, senyum dan menunjukan rasa tidak puas atau seyu, yang hanya dihayati sendiri.
d) Waham (delusion) tidak jelas dan tidak sistematis (terpecah-pecah) tidak terorganisir sebagai kesatuan.
e) Halusinasi yang terpecah-pecah yang isisnyatema tidak terorganisir sebagai satu kesatuan.
f) Perilaku anah.
2) Skizofrenia tipe katatonik
a) Stupor katatonik, yaitu peringanan hebat dalam reaktiva terhadap lingkungan dan atau pengurangan dari pergerakan atau aktivitas spontan sehingga nampak seperti “patung” atau diam membisu.
b) Negatifa katatonik, yaitu suatu perlawanan yang nampaknya tanpa motif terhadap semua perintah atau upaya untuk mengggerakkan dirinya.
c) kegaduhan katatonik, yaitu kegaduhan aktifitas motorik, yang nampaknya tidak bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh rangsang luar.
3) Skizofrenia tipe paranoid
a) waham kebesaran
b) Halusinasi mengandung isi kerja atau kebesaran.
c) Gangguan alam peasaan dan perilaku
4) Skizofrenia tipe residual
merupakan sisa-sisa dari gejala yang tidak menonjol, misalnya alam perasaanyang tumpul dan mendatar serta tidak serasi, penarikan diri dari pergaulan social, tingkah laku eksentrik, pikiran tidak logis dantidak rasional atau pelonggaran asosiasi pikiran.
5) Skizofrenia tidak tergolongkan
Tipe ini tidak dapat dimasukkan kedalam tipe-tipe skizofrenia yang lain, hanya gambaran klinisnya terdapat waham, halusinasi, inkoherensi atau tingkah laku yang kacau.
6) Golongan skizofrenia lainnya
a) skizofrenia simplek
yaitu bentuk psikosis yang perkemmbangannya lambat dan perlahan-lahan dari perilaku yang aneh, ketidakmampuan menentukan tuntutan masyarakat, dan penurunan kemampuan / kemampuan total.
b) Skizofrenia skizofreniform
gambaran skizofreniform ini sama dengan skizofrenia, perbedaannya adalah bahwa fase-fase perjalanan penyakitnya kurang dari 6 bulan tetapi lebih lama dari 2 minggu.
c) Skizofrenia laten
perilaku yang eksentrik atau tidak konsekuen dan keanehan alam perasaan yang memberi kesan seperti skizofrenia.
d) gangguan skizoafektif
gambaran klinis tipe ini adalah dinominasi oleh gangguan pada alam perasaan disertai waham dan halusinasi.
6. Kriteria Diagnostic
Menurut PPDGJ-III, criteria diagnostic dalam menentukan diagnostic untuk skizofrenia, harus sedikitnya ada satu gejala berikut ini :
1)Thought echo adalah isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kwalitasnya berbeda, atau thought insertion or withdrawal adalah isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam ala pikirannya diambil keluar oleh suatu dari lluar dirunya, dan thought broadcasting adalah isi pikirannya tersiar ke luar sehingga orang lain umummengetahuinya.
2) Delusion of control adalah waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar.
3) Halusinasi auditorik adalah suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien diantara mereka sendiri, mendiskusikan perihal pasien sendiri, jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah astu bagian tubuh.
7. Perjalanan Penyakit
Perjalanan peyakit dibagi menjadi tiga fase yang terdiri dari fase prodormal, fase aktif, dan fase resudal (Luana, 2007)yaitu :
1) Fase prodormal
Biasanya timbul gejala-gejala nonspesifik yang lamanya minggu, bulan, ataupun lebih dari satu tahun, sebelum onset sikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi hendaknya fungsi pekerjaan, fungsi social, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri, semakin lama masa prodormal semakin buruk proknosisnya.
2) Fase aktif
Gejala sikotik atau psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi, disertai gangguan afek.
3) Fase residual
Gejala-gejalanya sana dengan fase prodormal tetapi gejala positif atau psikotiknya sudah berkurang.
8. Terapi
Menurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi :
1) psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagi berikut :
a) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkat.
b) Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil.
c) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk gejala positif maupun gejala negative skizofrenia.
d) Lebih cepat memulihkan fungsi kogbiti.
e) Tidak menyebabkan kantuk
f) Memperbaiki pola tidur
g) Tidak menyebabkan habituasi, adikasidandependensi.
h) Tidak menyebabkan lemas otot.
i) Dan kalau mungkin pemakainanya dosis tunggal.
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).
Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan aripiprazole.
2) Psikoterapi
a) Psikoterapi banyak macamnya dan tergantung dari kebutuhan dan latar belakang penderita sebelum sakit (pramorbid), misalnya :
Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memberikan dorongan semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya dalam menghadapi hidup ini tidak kendur dan menurun.
b) Psikoterapi Re-edukatif
Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki kesalaha pendidikan diwaktu lalu dan juga dengan pendidikan ini dalam hal menguah pola pendidikan lama dengan yang baru sehingga lebih adaftif terhadap dunia luar.
c) Psikoterapi Re-konstruktif
Jenis psikoterapi inidimaksudkan untuk memperbaiki kenbali kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi kepribadan utuh seperti semula sebelum sakit.
d) Psikoterapi kognitif
Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif rasional sehingga pendrita mampu membedakan nilai-nilai moral etika.
e) Psikoterapi Psiko-dinamika
Psikoterapi ini mengguanakan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan sakit dan upay untuk mencari jalan keluar.
f) Psikoterapi perilaku
Memulihkan gangguan perilaku yang tergantung (maladaftif) menjadi perilaku yang adaftif (mampu menyesuaikan diri).
g) Psikoterapi keluaraga
Memulihkan hubungan penderita dengan keluarganya sehingga diharapkan keluarga dapat memahami mengenai gangguan skizofrenia dan dapat membantu mempercepat proses penyembuhan penderita.
3) Terapi psikososial
Dengan terapi in diharapkan pendrita mampu beradaptasi kembali dengan lingkungan sosial Sekitarnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung dengan orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga dam masyarakat.
Kegiatan yang dilakukan dalam program rehabilitasi diantaranya adalah terapi kelompok, menjalankan ibadah keagamaan bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olah raga, ketrampilan (membuat kerajinan tangan), berbagi macam kursus, bercocok tanam dan rekreasi.
4) Terapi psikoreligius
Terapi keagamaan adalah berupa ritual keagamaan yang dimaksudkan adalah berupa kegiatan ritualkeagamaan seperti sembahyang, berdoa, memanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan dan kajian kitab suci dan lain sebagainya.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Keturunan
Riwayat keluarga / genetic
Lingkungan individu
2. Endokrin
Waktu pubertas
Waktu kehamilan / puerperium
Waktu klimakterium
3. Metabolisme
Ujung ekstermiyas agak sianosis
Nafsu makam berkurang
Berat badan menurun
Konsumsi zat asam enurun
Obat halusinogenik
4. Susunan safar pusat
Diencefalon / korteks otak
Perubahan-perubahan post mortem
Syres psikologik
B. Diagnosa Kerepawatan
1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
2. Gangguan proses pikir
3. Kerusakan komunilasi verbal
4. Isolasi social
5. Defisit perawatann diri
6. Ansietas
7. Koping individu tidak efektif
8. Ketidak seimbangan nutrisi
9. Resiko bunuh diri
C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
Bina hubungan saling percaya
Bantu klien mengenal halusinasi
Diskusikan dengan klien wktu, isi, frekuensi dan situasi pencetus munculnya halusinasi
Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaanya.
Diskusikan cara baru untuk mengendalikan halusinasi.
2. Gangguan proses piker
Ke Bina hubungan saling percaya
Latihan mengingat memori yang telah dilalui
Ingatkan kembali masa lalu klien
Libatkan klien dalam TAK orientasi realitas
Beri kesempatam klien mendiskusikan wahamnya dengan petugas / perawat
Dukung klien untuk memfalidasi keyakinan terhadap wahannya
Berikan aktivitas reaksi atau aktivitas yang membutuhkan perhatian atau dan ketrampila di waktu luang klien
3. Rusakan Komunikasi Verbal
Bina hubungan saling percaya
Beri kesempatan klien untuj bicara
Dengarkan pembicaraan klien lalu identifikasi tema yang berkaitan
Kaji kemampuan klien menilai pesan pembicaraan orang lain
Kaji kemampuan klien menangkap dan menerima pesan non verbal dari lawan bicara
Latihan daya ingat untuk mengungkapkan perasannya secara verbal atau non verbal.
4. Isolasi Sosial
Bina hubungan saling percaya
Dorong klien untuk membagi masalah yang dihadapinya
Berikan perasaan aman dan nyaman pada klien
Bantu klien mengidentifikasi kelebihan, hambatam, dan kesulitan dalam komunikasi dengan orang lain
Dukung klien mengembangkan hubungan yang telah terbina
Lebatkan klien dalam TAK sisialisasi
5. Defisit perawatan diri
Bina hubungan saling percaya
Diskusika bersama klien keuntungandan manfaat kebersihan diri
Bantu klien menentukan tindakan untuk perawat klien
Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan kegiatan sehari-hari
Kaji perasaan klien setelah perawatan dirinya terpenuhi.
6. Ansietas
Bina hubungan saling percaya
Tenangkan klien
Kaji kecemasan klien
Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan
Berusaha memahami klien
Gunakan pendekatan sentuhan verbalisasi untuk meyakinkan perasaan klien tidak sendiri dan mengajukan pertanyaan
Sediakan aktifitas untuk menurunkan ketegangan
Bantu klien mengidentifikasi yang dapat menimbulkan cemas
Tentukan klien untuk mengambil keputusan
Intruksikan klien untuk menggunakan teknik relakasasi barikan pengobatab untuk menurunkan kecemasan.
7. Koping individu tidak efektif
Bina hubungan saling percaya
Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit dan konsep diri
Hatgai dan diskusikan alternative respon terhadap situasi
Hargai sikap klien terhadap perubahan peran dan hubungan
Dukung penggunaan sumber spiritual jika diminta
Gunakan pendekatan yang tenang dan berikan jaminan
Bantu klien untuk mengidentifikasi strategi positif untuk mengatasi keterbatasan dan mengelola gaya hidup dan perubahan
Bantu klien beradaptasi dan mengatasi perubahan klien
8. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan
Bina hubungan saling percaya
Monitor perubahan berat badan
Monitor tipe dan jumlah aktifitas yang biasa dilakukan
Monitor kulit dan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor mual muntah
Monitor kalori dan intake cairan
9. Resiko bunuh diri
Bina hubungan saling percaya
Tentukan riwayat percobaan bunuh diri
Tentukan apakah ia mempunyai rencanaspesifik untuk bunuh diri
Diskusikan dengan klien factor pencetus bunuh diri
Lakukan observasi secara ketat
Jauhkan benda-benda berbahaya dari lingkungan klien
Awasi klien selama melakukan aktivitas diluar.
DAFTAR PUSTAKA
Maramis, WS. (1997), Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlasngga University Pers, Suarabaya.
Hawari, D, (2001), Pendekatan Holistic Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. FKUI, Jakarta.
Luana, N.A. (2007), Simposium Sehari Kesehatan Jiwa dalam Rangka menyambut Kesehatan Jiwa Sedunia, dalam Http// www.Kompas.com.
Ingram, Timburi, Moubary ; (1995), Catatan Kuliah Psikiatri, EGC, Jakarta.
Diagnosa Keperawatan Nandan NIC NOC
Senin, 11 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar